Sekolah Favorit

Rakhmad Permana
2 min readJul 20, 2023

--

Kadar kepentingan sebuah masalah itu tergantung dengan relevansinya sama diri kita. Contoh, beberapa hari ini baca-baca terus berita soal PPDB yang diwarnai kecurangan. Dari manipulasi KK sampai isu jual beli bangku. Akhirnya, nggak sedikit ortu yang turun ke jalan buat demo.

Selintas, di benakku, sempat tercetus pikiran ignorant: duh, ini orang-orang kok segitunya ngeributin urusan masuk sekolah. Padahal sekolah dimana aja sama.

Ya, karena saat ini, aku memang belum relate lagi sama dunia persekolahan. Coba nanti kalau anakku udah masuk SMP atau SMA, mungkin aku akan melakukan hal sama. Memilih sekolah terbaik memang perkara hidup dan mati.

Aku pun ingat dulu, pernah melakukan ‘perjuangan’ yang sama. Berebut fomulir. Mengikuti tes masuk yang ketat. Sampai akhirnya mendapatkan bangku di sekolah yang diinginkan.

Waktu SMP, aku masuk di sekolah negeri yang dulu dianggap sekolah bagi mereka yang tersingkir karena nilai sedikit. Tapi, justru di situ, aku mendapatkan hal-hal menarik soal artinya belajar. Di sana, aku jadi suka matematika dan menghabiskan waktu untuk membaca novel Laskar Pelangi. Aku seolah membayangkan diriku sebagai salah satu anggota Laskar Pelangi, yang bersekolah di tempat yang kurang dipandang.

Berkat SMP ini, aku punya cukup bekal pengetahuan untuk masuk di SMA favorit. Terbukti, aku diterima di SMA favorit itu. Tapi ternyata, di SMA ini, aku tak terlalu berprestasi. Karena memang sekolah ini diisi oleh anak-anak berotak encer dari berbagai daerah. Bahkan di luar kabupatenku.

Setelah lulus SMA, ternyata nasibku tak cukup beruntung untuk bisa berkuliah di kampus yang kuinginkan. Tapi aku sama sekali tak menyesali keputusanku bersekolah di SMA favorit itu.

Pendidikan yang baik memang bukan jaminan untuk mendapatkan masa depan yang baik. Tapi pendidikan yang baik bisa memperbesar peluang kita mendapatkan masa depan yang baik. Sekolah favorit bukan jaminan untuk mendapatkan karier cemerlang selanjutnya. Tapi sekolah favorit membukakan peluang kepada kita untuk memperoleh kesempatan yang lebih baik.

Jadi, mestinya aku bisa paham mengapa orang-orang menganggap urusan sekolah sebagai perkara hidup dan mati.

--

--

Rakhmad Permana

Lelaki yang percaya bahwa tidur adalah nikmat surga yang lain.